♛Gita Risda Garnisya . . . . . ♛Gita Risda Garnisya . . . . . ♛Gita Risda Garnisya . . . . .♛Gita Risda Garnisya . . . . .♛Gita Risda Garnisya . . . . .♛Gita Risda Garnisya

Jumat, 17 Mei 2013

Cerpenku: (Tak Kutemukan Lagi Mata Itu)

                                               

              
                                                  TAK KUTEMUKAN LAGI MATA ITU

     Seindah pelangi saat hujan reda,,seteduh pesona lembayung senja,,sedamai sentuhan melodi saat sang maestro memainkannya. Indah kulihat mata itu,sorot mata penuh pesona menenangkan hati kala sepi.
     Di balik jendela itu,Ia memandangiku setiap hari . Matanya yang memancarkan pesona kedamaian,matanya yang menatap tajam namun penuh kasih sayang,disana aku temukan berbagai perasaan yang tak mampu ku ungkapkan dan tak bisa aku artikan.
     Hari ini,aku duduk menantinya seperti biasa di halaman sekolah,tempat dimana kami biasa bertemu. Sentuhan angin menerpa dan membelai lembut seluruh wajahku menambahkan suasana tenang memandangi langit senja. Jam tanganku sudah menunjukan pukul 16.30,tiga puluh menit berlalu namun Ia tak kunjung datang. Setumpuk buku dari perpustakaan yang sengaja aku pinjam tuk membantunya mengerjakan tugas karya ilmiah itu pun kini sudah tak berada lagi di pelukanku,kini buku-buku itu sudah tergeletak di atas bangku kayu di sampingku. Hampir saja aku memutuskan tuk pulang sendiri tanpa menunggunya,namun seolah kakiku terpaku di tempat ini dan tak ingin berajak sampai Ia datang.
     Dari kejauhan,Nampak sosoknya yang terlihat berjalan menujuku. Senyuman yang sejak tadi tersembunyi,kini merekah saat melihatnya. Aku yakin Ia tidak mungkin mengingkari janji.
     Yuda Septian,sosok tinggi tegap yang selalu melukiskan keramahan di bibirnya.
“Hai Mel,,kamu belum pulang ?”
Aku mengkerutkan kening mendengar pertanyaan Yuda.
“Yuda,bukannya kemarin kita janji bertemu disini ? Apa kamu lupa ?” tanyaku dengan wajah tak senang. Tak mungkin Yuda lupa tuk bertemu denganku.
“Oh,maaf Mel,aku kira kamu sudah pulang tadi. Sudah sore,ayo kita pulang!”
Yuda berjalan meninggalkanku tanpa berkata-kata lagi. Ada yang aneh dari Yuda hari ini. Apa dan kenapa Yuda menjadi seperti ini,apakah aku melakukan kesalahan hingga membuat dia kesal dan acuh padaku.
     Sepanjang perjalanan,tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Hanya deru kendaraan yang sesekali melintas dan suara ranting yang bergesekan tertiup angin.  Semuanya bisu,diam dalam fikiran masing-masing.
     Aku berjalan di sampingnya,aku hanya memandangi dedaunan yang mulai menguning dengan cahaya yang memantul dari mentari sore dan sesekali ku pandangi wajahnya yang terlihat murung. Tak ada kata-kata yang mampu aku kelurkan,entah mengapa dalam hitungan detik saat aku melihatnya tadi,aku tak menemukan pancaran yang biasa aku rasakan dari matanya.
“Melodi,apakah kamu suka padaku ?” tiba-tiba kata-kata itulah yang pertama terucap dari mulutnya.
     Langkahku terhenti,darahku seolah mengalir sangat cepat,detak jantungku pun seolah tak menentu,satu pertanyaan yang seakan membuat seluruh tubuhku menjadi kaku. Mengapa ? mengapa Yuda bertanya seperti itu ?? Kenapa,ia mengetahui perasaanku. Ku kira ia takkan melontarkan pertanyaan seperti itu. Tapi harusnya aku senang saat dia bertanya seperti itu,harusnya aku langsung menjawab “iya” karna inilah kesempatanku.
     Tapi,entah mengapa hati kecilku berkata,ada sesuatu yang tak biasa dengan Yuda. Dengan sikapnya yang aneh,dan tiba-tiba ia berkata seperti itu pastilah ada sesuatu yang ia sembunyikan dan apakah itu berhubungan dengan ku ? entahlah.
“Mel,kenapa diam ?” tanyanya lagi.
“Kamu lucu Yud,kenapa sih kamu aneh banget. Hahahaha..”
Aku berjalan sambil tertawa meninggalkannya. Dalam hatiku,ada perasaan yang sebenarnya ingin aku ungkapkan tapi entah mengapa aku tak ingin mengungkapkannya.
Yudapun mengikuti langkahku dan dari wajahnya ia masih menyembunyikan sesuatu yang aku tak mengerti. Wajah itu terlihat murung namun tak terlihat garis kesedihan dari wajahnya hanya saja sepertinya dia mempunyai masalah yang sangat berat yang ia sembunyikan sendiri. Akhirnya aku beranikan tuk bertanya.
“Yud,jujur cerita sama aku,kamu lagi ada masalah kan ?” tanyaku.
Yuda hanya terdiam,ingin rasanya aku jambak rambutnya lalu berlari hingga Yuda mengejar untuk membalasku sepeti biasaya,tapi keadaan Yuda yang seperti ini membuatku tak ingin melakukan hal konyol iyu.
     Aku menghentikan langkahnya dan aku berdiri mematung di hadapannya.
“Yud,aku sahabat kamu jadi jangan pernah nutupin masalah kamu. Aku tau Yud,kamu lagi ada masalah. Ayo cerita.”
“Maaf Mel,aku belum siap. Suatu saat pasit aku ceritakan” jawab Yuda dengan diiringi senyuman yang sejak tadi tak pernah ia tampakkan. Lalu ia menggengam tanganku. Aku merasakan genggaman yang begitu tulus dari Yuda. Entah mengapa aku tak ingin lagi lagi melepaskan genggaman hangat itu. Aku merasa tak ingin melepaskan tatapan mata itu dari tatapan mataku. Hingga saat kami tiba di rumahku,entah mengapa aku masih ingin menggenggam tangan itu dan melihat mata itu lebih lama.
                                                                       ***
     Hari-berganti hari...semakin hari kabarnya menghilang bahkan sosoknyapun tak ku temukan lagi. Aku menunggu setiap saat di tempat dimana kami biasa bertemu namun tetap saja hanya kehampaan yang aku rasakan.
Sampai suatu hari,aku melihatnya melintasi koridor utara. Baru saja aku ingin menghampirinya namun seketika itu aku melihat ada yang aneh dari ekspresinya. Yuda terlihat diam,tampak jelas Ia sembunyikan sesuatu dari semua orang termasuk aku,sahabatnya. Namun,aku beranikan tuk melambaikan tangan ke arahnya,,aku tau dan aku yakin Ia melihatnya tapi seolah Ia tak melihat kehadiranku kau terus melangkah pasti tanpa peduli. Lambaian tangankupun seketika jatuh. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat itu padanya. Dan satu yang menjadi pertanyaanku,mengapa Ia menghindar dariku,apa salahku.
Tapi aku ingat saat terakhir pertemuan itu,Yuda berjanji akan menceritakan semuanya,dan kini aku hanya menunggu jawaban atas janji itu,karna aku tau Ia tak akan mengingkari janjinya sendiri.
                                                                        ***