♛Gita Risda Garnisya . . . . . ♛Gita Risda Garnisya . . . . . ♛Gita Risda Garnisya . . . . .♛Gita Risda Garnisya . . . . .♛Gita Risda Garnisya . . . . .♛Gita Risda Garnisya

Minggu, 03 Agustus 2014

tunggu aku paris :) #bagian1..insyaallah ada kelanjutannya..


TUNGGU AKU PARIS

Seindah  pelangi  saat  hujan  reda,  seteduh  pesona  lembayung  senja,,sedamai  sentuhan  melodi  saat  sang  maestro  memainkannya.  Indah   kulihat  mata  itu, sorot  mata  penuh  pesona  menenangkan  hati  kala  sepi.
Di  balik  jendela  itu, kau  memandangiku  setiap  hari.  Matamu  yang  memancarkan  pesona  kedamaian,  matamu  yang  menatap  tajam  namun  penuh  kasih  sayang, disana  aku  temukan  berbagai  perasaan  yang  tak  mampu  ku  ungkapkan  dan  tak  bisa  aku  artikan.
Hari  ini, aku  duduk  menantimu  seperti  biasa  di  halaman  sekolah,  tempat  dimana  kita  biasa  bertemu.  Sentuhan  angin  menerpa  dan  membelai  lembut  seluruh  wajahku  menambahkan  suasana  tenang  memandangi  langit  senja.  Jam  tanganku  sudah  menunjukan  pukul  16.30,  tiga  puluh  menit  berlalu  namun  kau  tak  kunjung  datang.  Setumpuk  buku  dari  perpustakaan  yang  sengaja  aku  pinjam  tuk  membantumu  mengerjakan  tugas  karya  ilmiah  itu  pun  kini  sudah  tak  berada  lagi  di  pelukanku, kini  buku-buku  itu  sudah  tergeletak  di  atas  bangku  kayu  di  sampingku.  Hampir  saja  aku  memutuskan  tuk  pulang  sendiri  tanpa  menunggumu,  namun  seolah  kakiku  terpaku  di  tempat  ini  dan  tak  ingin  berajak  sampai  kau  datang.
Dari  kejauhan,  Nampak  sosokmu  yang  terlihat  berjalan  menujuku.  Senyuman  yang  sejak  tadi  tersembunyi,  kini  merekah  saat  melihatmu.  Aku  yakin  kau  tak  mungkin  mengingkari  janji.
“Hai  Mel,,kamu  belum  pulang ?”
Aku  mengkerutkan  kening  mendengar  pertanyaanya.
“Yuda,bukannya  kemarin  kita  janji  bertemu  disini ?  Apa  kamu  lupa  ?”  tanyaku  dengan  wajah  tak  senang.  Tak  mungkin  Yuda  lupa  tuk  bertemu  denganku.
“Oh, maaf  Mel,  aku  kira  kamu  sudah  pulang  tadi.  Sudah  sore,  ayo  kita  pulang!”
Yuda  berjalan  meninggalkanku  tanpa  berkata-kata  lagi.  Ada  yang  aneh  dari  Yuda  hari  ini.  Apa  dan  kenapa  Yuda  menjadi  seperti  ini,  apakah  aku  melakukan  kesalahan  hingga  membuat  dia  kesal  dan  acuh  padaku.
Sepanjang  perjalanan,  tak  ada  suara  yang  keluar  dari  mulut  kamu.  Hanya  deru  kendaraan  yang  sesekali  melintas  dan suara  ranting  yang  bergesekan  tertiup  angin.   Semuanya  bisu,  diam  dalam  fikiran  masing-masing.
Aku  berjalan  di  sampingnya,  aku  hanya  memandangi  dedaunan  yang  mulai  menguning  dengan  cahaya  yang  memantul  dari  mentari  sore  dan  sesekali  ku  pandangi  wajahnya  yang  terlihat  murung.  Tak  ada  kata-kata  yang  mampu  aku  kelurkan, entah  mengapa  dalam  hitungan  detik  saat  aku  melihatnya  tadi,  aku  tak  menemukan  pancaran  yang  biasa  aku  rasakan  dari  matanya.
“Melodi,  apakah  kamu  suka  padaku  ?”  tiba-tiba  kata-kata  itulah  yang  pertama  terucap  dari  mulutnya.
Langkahku terhenti,darahku seolah mengalir sangat cepat,detak jantungku pun seolah tak menentu,satu pertanyaan yang seakan membuat seluruh tubuhku menjadi kaku dan gemetar. Langkah kakiku terhenti. Mengapa ? mengapa Yuda bertanya seperti itu ?? Kenapa,ia mengetahui perasaanku. Ku kira ia takkan melontarkan pertanyaan seperti itu. Tapi harusnya aku senang saat dia bertanya seperti itu,harusnya aku langsung menjawab “iya” karna inilah kesempatanku.
Tapi,entah mengapa hati kecilku berkata,ada sesuatu yang tak biasa dengan Yuda. Dengan sikapnya yang aneh,dan tiba-tiba ia berkata seperti itu pastilah ada sesuatu yang ia sembunyikan dan apakah itu berhubungan dengan ku ? entahlah.
“Mel,kenapa diam ?” tanyanya lagi.
“Kamu lucu Yud,kenapa sih kamu aneh banget. Hahahaha..”
Aku berjalan sambil tertawa meninggalkannya. Dalam hatiku,ada perasaan yang sebenarnya ingin aku ungkapkan tapi entah mengapa aku tak ingin mengungkapkannya.
Yudapun mengikuti langkahku dan dari wajahnya ia masih menyembunyikan sesuatu yang aku tak mengerti. Wajah itu terlihat murung namun tak terlihat garis kesedihan dari wajahnya hanya saja sepertinya dia mempunyai masalah yang sangat berat yang ia sembunyikan sendiri. Akhirnya aku beranikan tuk bertanya.
“Yud,jujur cerita sama aku,kamu lagi ada masalah kan ?” tanyaku.
Yuda hanya terdiam,ingin rasanya aku jambak rambutnya lalu berlari hingga Yuda mengejar untuk membalasku sepeti biasaya,tapi keadaan Yuda yang seperti ini membuatku tak ingin melakukan hal konyol iyu.
Aku menghentikan langkahnya dan aku berdiri mematung di hadapannya.
“Yud,aku sahabat kamu jadi jangan pernah nutupin masalah kamu. Aku tau Yud,kamu lagi ada masalah. Ayo cerita.”
“Gak ada apa apa Mel, maaf ya.” jawab Yuda dengan diiringi senyuman yang sejak tadi tak pernah ia tampakkan. Lalu ia menggengam tanganku. Kami berjalan bergandengan. Aku merasakan genggaman yang begitu tulus dari Yuda. Entah mengapa aku tak ingin lagi lagi melepaskan genggaman hangat itu. Aku merasa tak ingin melepaskan tatapan mata itu dari tatapan mataku. Hingga saat kami tiba di rumahku,entah mengapa aku masih ingin menggenggam tangan itu dan melihat mata itu lebih lama.
“Mel kamu masih suka mimpi pergi ke paris ?” tanyanya sebelum Ia pulang.
“masih,,kamu tau kan itu mimpi aku sejak lama.”
“Ohh…heuum suatu saat aku yakin kamu pasti bisa pergi ke Paris wujudin mimpi kamu.” Yuda menatap dalam mataku. Aku hanya tersenyum. Dan tiba-tiba Yuda memelukku.
Desir angin, ranting yang saling bergesekan menciptakan melodi indh saat ini. Kehangatan, kasih sayang seakan menjalar mengaliri semua aliran darahku. Dan fikiran kami berdua melayang entah apa yang sebenarnya kami rasakan. Tuhan ciptakan seseorang yang membawa kesejukan dalam hatiku. Menciptakan scenario terindah yang selalu kudapatkan saat bersamanya. Yuda aku sayang kamu.
***
Keesokan harinya, kubuka tirai pink di jendela kamarku. Kulihat rumah Yuda yang tepat bersebrangan dengan kamarku. Kulihat jendelanya. Biasanya setiap pagi kami saling bertukar senyum menyambut mentari pagi. Namun, hari ini berbeda. Gorden kamarnya tertutup rapat tak terlihat ada Yuda disana. Aku berlari keluar kamar melewati tangga. Perasaanku sangat tak karuan, entah mengapa ini seperti pagi yang aneh bahkan semilir anginpun aku tak merasakannya. Ada ketakutan tersendiri yang tiba-tiba menghampiriku. Aku ingat kejadian kemarin dan,,entahlah. Aku berlari menuju rumah Yuda yang bersebelahan dengan rumahku.
Saat turun dari tangga aku bertemu mama.
“Mel kenapa buru-buru, kamu mau kemana ?” tanya mama
“Aku mau ke rumah yuda ,mah ada yang aneh sama Yuda kemarin , dan hari ini rumahnya sepi.” Jawabku sambil terus berlari keluar  rumah.
“Mel tunggu…” mama memanggilku tapi aku tetap berlari.
“Yuda,,,Yudaa,,,” Aku berteriak memanggil nama Yuda. Tak ada yang  membukakan  pagar bahkan Om Suryo dan Tante Ani pun tak terlihat.
Mataku menyapu sekeliling rumah, hingga pandanganku menemukan sebuah papan bercat putih dengan tulisan “RUMAH INI DIJUAL”.
Badanku lemas, fikiranku tak karuan, air mataku mengalir dengan sendirinya. Tapi aku masih mampu berdiri. Aku berteriak memanggil Yuda.
Tiba-tiba mama menghampiriku kemudian memelukku.
“Mel, maaf kan mama, mama  gak ngasih tau kamu.” Ucap mama lirih.
“Ma kenapa ? ada apa sama Yuda dan keluarganya, kenapa rumahnya dijual ?”
“Sebenarnya tadi malam waktu kamu tidur, Yuda kerumah. Dia cuma mau pamit katanya mereka semua pindah ke Paris karena tuntutan pekerjaan ayahnya, jadi rumah itu mereka jual.”
Dadaku sesak, air mataku terus mengalir. Tangisku makin kencang. Badanku seakan lemas, aku tak kuasa menahan rasa kehilangan ini. Kenapa semuanya terjadi tiba-tiba bahkan tanpa kata perpisahan sedikitpun.
“Terus kenapa mama gak bangunin aku tadi malem” mataku menatap lurus pada mama, suaraku parau dengan air mata yang terus mengalir.
“Maafin mama Mel tapi Yuda larang mama buat bangunin kamu. Jangan sedih Mel, kalau kamu sedih mama ikut sedih.” Jawab mama dengan mata berkaca-kaca. Kemudian aku hanya mampu memeluk mama dan menangis di pelukan mama.
“Mel tadi malen Yuda titip ini sama mama.” Mama memberiku sebuah amplo[p berwarna biru dan sebuah kota berwarna pink.
“Sayang tadi malem Yuda ngasih ini buat kamu.”
Entah apa yang tertulis dalam surat itu, apa aku mampu membacanya ? Yuda kenapa kamu begitu jahat. Tak bisakah kamu mengucapkan salam perpisahan secara langsung ? Bukan dengan secarik kertas ini.

Hay Melodi, aku tau sekarang kamu pasti lagi nangis, ya kan ?  hahhaa……udah jangan nagis, kalo kamu nangis ntar jalanan banjir loh…hhhee
Heeemmm…Mel, aku tau aku salah, seharusnya aku gak menulis surat bodoh kayak gini, harusnya aku langsung bilang sama kamu. Tapi jujur aku tau kamu pasti nangis juga kalo aku pamit secara langsung, aku gak mau liat kamu nangis. Kalo aku liat kamu nangis aku pasti gak kuat buat pergi ninggalin kamu.
Mel, ku janji aku pasti nemuin kamu suatu saat. Sekarang aku mungkin udah di pesawat menuju Paris. Aku harap suatu saat kamu bisa susul aku Paris. Kamu bisa wujudin mimpi kamu buat liat menara Eiffel bahkan naik ke puncaknya.
Soal kejadian beberapa hari yang lalu aku minta maaf sebenarnya waktu itu aku mau pamit sama kamu tapi aku ragu. Aku gak mau liat air mata kamu jatuh…
Oh ya satu lagi, kalau kamu ke Paris aku mau jawaban kamu soal pertanyaan aku beberapa hari yang lalu,,aku harap kamu jawab “Iya”

Yuda Permana

TUNGGU AKU YUDA…..TUNGGU AKU PARIS……


TAMAT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar