TUNGGU
AKU PARIS
Seindah
pelangi saat hujan reda, seteduh
pesona lembayung senja,,sedamai sentuhan melodi saat sang maestro memainkannya. Indah kulihat mata itu, sorot mata penuh
pesona menenangkan hati kala
sepi.
Di
balik jendela itu, kau memandangiku setiap hari. Matamu yang
memancarkan pesona kedamaian,
matamu yang menatap tajam namun
penuh kasih sayang, disana aku temukan berbagai perasaan yang tak mampu ku
ungkapkan dan tak
bisa aku artikan.
Hari
ini, aku duduk menantimu
seperti biasa di halaman sekolah,
tempat dimana kita biasa bertemu. Sentuhan angin menerpa
dan membelai lembut seluruh
wajahku menambahkan suasana tenang memandangi
langit senja. Jam
tanganku sudah menunjukan pukul 16.30, tiga
puluh menit berlalu namun kau
tak kunjung datang. Setumpuk buku dari
perpustakaan yang sengaja aku pinjam tuk membantumu mengerjakan tugas karya ilmiah itu pun
kini sudah tak berada lagi di
pelukanku, kini buku-buku itu sudah
tergeletak di atas
bangku kayu di
sampingku. Hampir saja
aku memutuskan tuk pulang
sendiri tanpa menunggumu,
namun seolah kakiku terpaku di tempat ini dan
tak ingin berajak
sampai kau datang.
Dari
kejauhan, Nampak sosokmu yang terlihat berjalan menujuku. Senyuman yang sejak tadi tersembunyi,
kini merekah saat melihatmu. Aku yakin
kau tak mungkin mengingkari janji.
“Hai
Mel,,kamu belum pulang
?”
Aku
mengkerutkan kening mendengar pertanyaanya.
“Yuda,bukannya
kemarin kita janji
bertemu disini ? Apa kamu
lupa ?” tanyaku
dengan wajah tak
senang. Tak mungkin Yuda lupa
tuk bertemu denganku.
“Oh,
maaf Mel, aku kira kamu sudah
pulang tadi. Sudah sore, ayo kita pulang!”
Yuda
berjalan meninggalkanku tanpa berkata-kata
lagi. Ada yang
aneh dari Yuda hari
ini. Apa dan
kenapa Yuda menjadi
seperti ini, apakah
aku melakukan kesalahan hingga membuat dia kesal
dan acuh padaku.
Sepanjang
perjalanan, tak ada
suara yang keluar
dari mulut kamu. Hanya
deru kendaraan yang sesekali melintas dan suara ranting yang bergesekan
tertiup angin. Semuanya bisu, diam
dalam fikiran masing-masing.
Aku
berjalan di sampingnya,
aku hanya memandangi dedaunan yang mulai menguning dengan cahaya yang memantul dari mentari
sore dan sesekali
ku pandangi wajahnya yang terlihat murung. Tak ada
kata-kata yang mampu
aku kelurkan, entah mengapa dalam hitungan
detik saat aku melihatnya tadi, aku
tak menemukan pancaran yang biasa
aku rasakan dari matanya.
“Melodi, apakah kamu suka padaku ?”
tiba-tiba kata-kata itulah yang pertama
terucap dari mulutnya.
Langkahku
terhenti,darahku seolah mengalir sangat cepat,detak jantungku pun seolah tak
menentu,satu pertanyaan yang seakan membuat seluruh tubuhku menjadi kaku dan
gemetar. Langkah kakiku terhenti. Mengapa ? mengapa Yuda bertanya seperti itu
?? Kenapa,ia mengetahui perasaanku. Ku kira ia takkan melontarkan pertanyaan
seperti itu. Tapi harusnya aku senang saat dia bertanya seperti itu,harusnya
aku langsung menjawab “iya” karna inilah kesempatanku.
Tapi,entah
mengapa hati kecilku berkata,ada sesuatu yang tak biasa dengan Yuda. Dengan
sikapnya yang aneh,dan tiba-tiba ia berkata seperti itu pastilah ada sesuatu
yang ia sembunyikan dan apakah itu berhubungan dengan ku ? entahlah.
“Mel,kenapa
diam ?” tanyanya lagi.
“Kamu
lucu Yud,kenapa sih kamu aneh banget. Hahahaha..”
Aku
berjalan sambil tertawa meninggalkannya. Dalam hatiku,ada perasaan yang
sebenarnya ingin aku ungkapkan tapi entah mengapa aku tak ingin
mengungkapkannya.
Yudapun
mengikuti langkahku dan dari wajahnya ia masih menyembunyikan sesuatu yang aku
tak mengerti. Wajah itu terlihat murung namun tak terlihat garis kesedihan dari
wajahnya hanya saja sepertinya dia mempunyai masalah yang sangat berat yang ia
sembunyikan sendiri. Akhirnya aku beranikan tuk bertanya.
“Yud,jujur
cerita sama aku,kamu lagi ada masalah kan ?” tanyaku.
Yuda
hanya terdiam,ingin rasanya aku jambak rambutnya lalu berlari hingga Yuda
mengejar untuk membalasku sepeti biasaya,tapi keadaan Yuda yang seperti ini
membuatku tak ingin melakukan hal konyol iyu.
Aku
menghentikan langkahnya dan aku berdiri mematung di hadapannya.
“Yud,aku
sahabat kamu jadi jangan pernah nutupin masalah kamu. Aku tau Yud,kamu lagi ada
masalah. Ayo cerita.”
“Gak
ada apa apa Mel, maaf ya.” jawab Yuda dengan diiringi senyuman yang sejak tadi
tak pernah ia tampakkan. Lalu ia menggengam tanganku. Kami berjalan
bergandengan. Aku merasakan genggaman yang begitu tulus dari Yuda. Entah
mengapa aku tak ingin lagi lagi melepaskan genggaman hangat itu. Aku merasa tak
ingin melepaskan tatapan mata itu dari tatapan mataku. Hingga saat kami tiba di
rumahku,entah mengapa aku masih ingin menggenggam tangan itu dan melihat mata
itu lebih lama.
“Mel
kamu masih suka mimpi pergi ke paris ?” tanyanya sebelum Ia pulang.
“masih,,kamu
tau kan itu mimpi aku sejak lama.”
“Ohh…heuum
suatu saat aku yakin kamu pasti bisa pergi ke Paris wujudin mimpi kamu.” Yuda
menatap dalam mataku. Aku hanya tersenyum. Dan tiba-tiba Yuda memelukku.
Desir
angin, ranting yang saling bergesekan menciptakan melodi indh saat ini.
Kehangatan, kasih sayang seakan menjalar mengaliri semua aliran darahku. Dan
fikiran kami berdua melayang entah apa yang sebenarnya kami rasakan. Tuhan
ciptakan seseorang yang membawa kesejukan dalam hatiku. Menciptakan scenario
terindah yang selalu kudapatkan saat bersamanya. Yuda aku sayang kamu.
***
Keesokan
harinya, kubuka tirai pink di jendela kamarku. Kulihat rumah Yuda yang tepat
bersebrangan dengan kamarku. Kulihat jendelanya. Biasanya setiap pagi kami saling
bertukar senyum menyambut mentari pagi. Namun, hari ini berbeda. Gorden
kamarnya tertutup rapat tak terlihat ada Yuda disana. Aku berlari keluar kamar
melewati tangga. Perasaanku sangat tak karuan, entah mengapa ini seperti pagi
yang aneh bahkan semilir anginpun aku tak merasakannya. Ada ketakutan
tersendiri yang tiba-tiba menghampiriku. Aku ingat kejadian kemarin
dan,,entahlah. Aku berlari menuju rumah Yuda yang bersebelahan dengan rumahku.
Saat
turun dari tangga aku bertemu mama.
“Mel
kenapa buru-buru, kamu mau kemana ?” tanya mama
“Aku
mau ke rumah yuda ,mah ada yang aneh sama Yuda kemarin , dan hari ini rumahnya
sepi.” Jawabku sambil terus berlari keluar
rumah.
“Mel
tunggu…” mama memanggilku tapi aku tetap berlari.
“Yuda,,,Yudaa,,,”
Aku berteriak memanggil nama Yuda. Tak ada yang
membukakan pagar bahkan Om Suryo
dan Tante Ani pun tak terlihat.
Mataku
menyapu sekeliling rumah, hingga pandanganku menemukan sebuah papan bercat
putih dengan tulisan “RUMAH INI DIJUAL”.
Badanku
lemas, fikiranku tak karuan, air mataku mengalir dengan sendirinya. Tapi aku
masih mampu berdiri. Aku berteriak memanggil Yuda.
Tiba-tiba
mama menghampiriku kemudian memelukku.
“Mel,
maaf kan mama, mama gak ngasih tau
kamu.” Ucap mama lirih.
“Ma
kenapa ? ada apa sama Yuda dan keluarganya, kenapa rumahnya dijual ?”
“Sebenarnya
tadi malam waktu kamu tidur, Yuda kerumah. Dia cuma mau pamit katanya mereka
semua pindah ke Paris karena tuntutan pekerjaan ayahnya, jadi rumah itu mereka
jual.”
Dadaku
sesak, air mataku terus mengalir. Tangisku makin kencang. Badanku seakan lemas,
aku tak kuasa menahan rasa kehilangan ini. Kenapa semuanya terjadi tiba-tiba
bahkan tanpa kata perpisahan sedikitpun.
“Terus
kenapa mama gak bangunin aku tadi malem” mataku menatap lurus pada mama, suaraku
parau dengan air mata yang terus mengalir.
“Maafin
mama Mel tapi Yuda larang mama buat bangunin kamu. Jangan sedih Mel, kalau kamu
sedih mama ikut sedih.” Jawab mama dengan mata berkaca-kaca. Kemudian aku hanya
mampu memeluk mama dan menangis di pelukan mama.
“Mel
tadi malen Yuda titip ini sama mama.” Mama memberiku sebuah amplo[p berwarna
biru dan sebuah kota berwarna pink.
“Sayang
tadi malem Yuda ngasih ini buat kamu.”
Entah
apa yang tertulis dalam surat itu, apa aku mampu membacanya ? Yuda kenapa kamu
begitu jahat. Tak bisakah kamu mengucapkan salam perpisahan secara langsung ?
Bukan dengan secarik kertas ini.
Hay Melodi, aku tau sekarang kamu pasti
lagi nangis, ya kan ? hahhaa……udah
jangan nagis, kalo kamu nangis ntar jalanan banjir loh…hhhee
Heeemmm…Mel, aku tau aku salah,
seharusnya aku gak menulis surat bodoh kayak gini, harusnya aku langsung bilang
sama kamu. Tapi jujur aku tau kamu pasti nangis juga kalo aku pamit secara
langsung, aku gak mau liat kamu nangis. Kalo aku liat kamu nangis aku pasti gak
kuat buat pergi ninggalin kamu.
Mel, ku janji aku pasti nemuin kamu
suatu saat. Sekarang aku mungkin udah di pesawat menuju Paris. Aku harap suatu
saat kamu bisa susul aku Paris. Kamu bisa wujudin mimpi kamu buat liat menara
Eiffel bahkan naik ke puncaknya.
Soal kejadian beberapa hari yang lalu
aku minta maaf sebenarnya waktu itu aku mau pamit sama kamu tapi aku ragu. Aku
gak mau liat air mata kamu jatuh…
Oh ya satu lagi, kalau kamu ke Paris
aku mau jawaban kamu soal pertanyaan aku beberapa hari yang lalu,,aku harap
kamu jawab “Iya”
Yuda Permana
TUNGGU AKU YUDA…..TUNGGU AKU PARIS……
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar